Pages - Menu

Rabu, 14 Maret 2012

Pembelajaran TEMATIK



 Model pembelajaran tematik
di madrasah ibtidaiyah

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah “Pembelajaran Tematik


 


Disusun Oleh:
Intan Wijayanti
NIM : 210609051


Dosen Pengampu:
Kurnia Hidayati, M. Pd


JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
2012






MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK

A.  PENDAHULUAN
Model pembelajaran Tematik merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.[1] 
Pembelajaran Tematik menawarkan model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh makna bagi anak. Dalam pembelajaran Tematik ini terdapat berbagai macam model pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru dalam menyampaikan tujuan.

B.  PEMBAHASAN
1.        Jenis-Jenis Model Pembelajaran Tematik
Menurut Fogarty (1991), bila ditinjau dari sifat materi dan cara memadukan konsep, keterampilan dan unit tematisnya, ada 10 model pembelajaran terpadu/tematik, yaitu: [2]
a.    Model Fragmented (Terpisah)
b.    Model Connected (Keterkaitan/Keterhubungan)
c.    Model Nested (Sarang/Kumpulan)
d.    Model Sequence (dalam Satu Rangkaian)
e.    Model Shared (Terbagi)
f.     Model Webbed (Jaring Laba-Laba)
g.    Model Threated (dalam Satu Alur)
h.    Model Integrated (Terpadu)
i.      Model Immersed
j.     Model Networked (Jejaring)

Dari kesepuluh model pembelajaran yang dikemukakan oleh Forgaty tersebut, hanya 3 model yang digunakan pada kurikulum SD/MI yaitu: Connected Model, Webbed Model, dan Integrated Model.[3]

a.    Connected Model (Model Keterhubungan/Terkait)
Menurut Trianto (2007), model pembelajaran terkait (connected model) adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan suatu pokok bahasan dengan pokok bahsan berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain, mengaitkan satu keterampilan dengan keterampilan yang lain, dan dapat juga mengaitkan pekerjaan hari itu dengan hari yang  lain atau hari berikutnya daalm suatu bidang studi.[4] 
Model ini merupakan model integrasi antar bidang studimodel ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintegrasikan satu konsep, keterampilan atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahsan lain, dalam satu bidang studi.
Kelebihan dari pembelajaran ini, menurut Trianto dan Sukayati, yaitu antara lain:
1)   Siswa memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep;
2)   Siswa dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus-menerus;
3) Konsep-konsep kunci dikembangkan dengan waktu yang cukup sehingga lebih dapat dicerna oleh siswa;
4)   Siswa dapat mengkonseptualisasi kembali dan mengasimilasi gagasan secara bertahap;
5)   Tidak mengganggu kurikulum yang sedang berlaku;
6)   Konsep-konsep utama saling terhubung.[5]

Sedangkan kekurangan dari model ini antara lain:
1)   Masih kelihatan terpisahnya antar bidang studi;
2) Tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi dari pelajaran tetap saja terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antar bidang studi;
3) Dalam memadukan ide-ide dalam satu bidang studi, maka usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.

Sintaks (pola urutan) dari model pembelajaran tipe connected yaitu:
1)      Tahap Perencanaan, meliputi:
a)      Menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
b)      Menjabarkan Kompetensi Dasar ke dalam Indikator
c)      Menentukan tema
2)      Tahap Pelaksanaan, meliputi:
a)      Metode/strategi
b)      Skenario KBM
c)      Media
3)      Evaluasi, meliputi:[6]
a)      Evaluasi proses, berupa:
·   ketepatan hasil pengamatan
·   ketepatan dalam penyusunan alat dan bahan
·   ketepatan siswa saat menganalisis data
b)      Evaluasi produk, berupa:
·   penguasaan siswa terhadap konsep-konsep / materi sesuai dengan indicator yang telah ditetapkan.
c)      Evaluasi psikomotor, berupa :
·   kemampuan penguasaan siswa terhadap penggunaan alat.

b.   Webbed Model (Model Jaring laba-Laba)
Pembelajaran model Webbed adalah pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu yang menjadi tema sentral bagi keterhubungan berbagai bidang studi.
Pendekatan ini dimulai dengan menentukan tema, yang kemudian dikembangkan menjadi subtema dengan memperhatikan keterkaitan tema tersebut dengan mata pelajaran yang terkait. Dari subtema tersebut diharapkan aktivitas siswa dapat berkembang dengan sendirinya.[7]
Kelebihan model Webbed ini antara lain:
1)   Penyeleksian tema sesuai dengan minat siswa;
2)   Labih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman;
3)   Memudahkan perencanaan;
4)   Dapat memotivasi siswa;
5)   Memberikan kemudahan bagi siswa dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait.
Sedangkan kelemahan dari model ini antara lain:
1)   Sulit dalam menyeleksi tema;
2)   Cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal;
3) Dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan daripada pengembangan konsep.

Sintaks (pola urut) pembelajaran jarring laba-laba yaitu:
1)      Tahap Perencanaan, meliputi:
a)      Pemetaan KD pada tema
b)      Menentukan tema sentral
c)      Pemetaan pokok bahasan
d)      Penentuan alokasi waktu
e)      Perumusan tujusn pembelajaran
f)       Penentuan alat dan media pembelajaran
g)      Perencanaan evaluasi
2)      Tahap Pelaksanaan, meliputi:
a)      Metode/strategi
b)      Media
3)      Evaluasi.

c.    Integrated Model (Model Terpadu)[8]
Model pembelajaran terpadu ini menggunakan pendekatan antar mata pelajaran. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan beberapa mata pelajaran yaitu dengan menetapkan prioritas dari kurikulum dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran.
Pada awalnya, guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan dan nilai sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran misalnya: matematika, IPA, IPS, dan bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara berbagai mata pelajaran.
Keuntungan dari model ini adalah:
1)  Memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan di antara berbagai mata pelajaran;
2)   Memungkinkan pemahaman antar mata pelajaran;
3)   Mampu membangun motivasi siswa.

Sedangkan kelemahannya adalah:
1)   Sangat sulit diterapkan secara penuh;
2) Menghendaki guru yang terampil, percaya diri dan menguasai konsep, sikap dan keterampilan yang sangat diprioritaskan;
3) Menghendaki tim antar mata pelajaran yang terkadang sulit dilakukan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.
   
2.      Integrasi Nilai-Nilai Islam ke dalam Pembelajaran Tematik
Di abad-21, lembaga pendidikan Islam diharapkan dapat menjadi pendidikan alternatif. Dalam era ilmu pengetahuan dan teknologi, agama sangat relevan bagi kehidupan manusia. Agama menawarkan nilai-nilai yang dapat menciptakan keseimbangan sosial. Jiwa lembaga pendidikan Islam sebagai “benteng” moral-kultural bangsa Indonesia sangat relevan dengan visi pengembangan pendidikan nasional, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang taqwa dan produktif.
Abad-21 menuntut kualitas manusia yang menguasai IPTEK dan memiliki keimana dan ketakwaan yang kokoh. Dengan demikian, lembaga pendidikan dituntut mampu mengembangkan fungsi edukatif yang diembannya. Lembaga pendidikan tidak bisa hanya mengutamakan agama tetapi mengabaikan pengetahuan umum. Sebaliknya, kurikulum di lembaga pendidikan Islam tidak bisa mengutamakan pengetahuan umum dan mengabaikan pendidikan agama sehingga karakter utama pendidikan Islam memudar. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan strategi pembelajaran yang bisa mengintegrasikan antara pengetahuan umum dengan nilai-nilai gaam Islam. Strategi yang dapat dijadikan pilihan adalah pembelajaran Tematik.
Mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam pembelajaran Tematik memungkinkan siswa dapat mengintegrasikan ide-ide dalam inter bidang studi, memungkinkan sisa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan masalah.


C.  KESIMPULAN
  1. Menurut Fogarty (1991), ada 10 model pembelajaran terpadu/tematik, yaitu: Model Fragmented (Terpisah), Connected (Keterkaitan/Keterhubungan), Nested (Sarang/Kumpulan), Sequence (dalam Satu Rangkaian), Shared (Terbagi), Webbed (Jaring Laba-Laba), Threated (dalam Satu Alur), Integrated (Terpadu), Immersed, dan Networked (Jejaring).
  2.  Ada 3 model yang digunakan pada kurikulum SD/MI yaitu: Connected Model, Webbed Model, dan Integrated Model.
  3. Model pembelajaran terkait (connected model) adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan suatu pokok bahasan dengan pokok bahsan berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain, mengaitkan satu keterampilan dengan keterampilan yang lain, dan dapat juga mengaitkan pekerjaan hari itu dengan hari yang  lain atau hari berikutnya daalm suatu bidang studi.
  4. Pembelajaran model Webbed adalah pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu yang menjadi tema sentral bagi keterhubungan berbagai bidang studi.
  5. Model Integrated diusahakan dengan cara menggabungkan beberapa mata pelajaran yaitu dengan menetapkan prioritas dari kurikulum dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran.
  6. Abad-21 menuntut kualitas manusia yang menguasai IPTEK dan memiliki keimanan dan ketakwaan yang kokoh. Dengan demikian, lembaga pendidikan dituntut mampu mengembangkan fungsi edukatif yang diembannya.
  7. Mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam pembelajaran Tematik memungkinkan siswa dapat mengintegrasikan ide-ide dalam inter bidang studi, memungkinkan sisa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan masalah.

D.  DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, Asep Herry, dkk. Belajar dan Pembelajaran SD. Bandung: UPI Press. 2007.
Indrawati. Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar: Untuk Guru SD. Jakarta: PPPPTKIPA. 2009.
Paket 4 Pembelajaran Tematik: Model Pembelajaran Tematik, LAPIS PGMI.
Saud, Udin Syaefuddin, dkk. Pembelajaran Terpadu. Bandung: UPI Press. 2006.
Sukayati. Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari Pembelajaran Terpadu, disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika.


[1]Asep Herry Hernawan, dkk., Belajar dan Pembelajaran SD (Bandung: UPI Press, 2007), 128.
[2]Sukayati, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari Pembelajaran Terpadu, disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika, hal.4.
[3]Ibid.
[4] Paket 4 Pembelajaran Tematik: Model Pembelajaran Tematik, LAPIS PGMI.
[5]Indrawati, Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar: Untuk Guru SD (Jakarta: PPPPTKIPA, 2009), 19.
[7]Udin Syaefuddin Saud, dkk., Pembelajaran Terpadu (Bandung: UPI Press, 2006), 133.
[8]Ibid., 135.

6 komentar:

  1. Menurut ukhti diantara 10 model pembelajaran terpado/tematik tersebut, mana yg paling baik bila di terapkan dlam proses pembelajaran??

    BalasHapus
  2. Mengapa pada modelWebbed Model (Model Jaring laba-Laba)dan Integrated Model (Model Terpadu kok tidak ada evaluasinya...???

    BalasHapus
  3. @Nur Ainy: Di antara 10 model tersebut, ada 3 model yang paling cocok diterapkan di SD/MI. 3 model itu semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing2. Jadi, menurut saya, semuanya baik bila diterapkan, tinggal guru pandai2 mengelola kelas dan teknik pengajarannya.

    BalasHapus
  4. @Raja Galau: Intinya, semua model ada evaluasinya..

    BalasHapus
  5. bagaimana cara kita sebagai seorang Guru dalam mengintegrasikan nilai-nilai keislaman pada pembelajaran tematik.?

    BalasHapus
  6. intan,, apakah kegiga model itu bisa digabungkan?

    BalasHapus